mpn.co.id, GANTAR – Sedekah bumi adalah suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi yang melimpah.
Upacara ini sebenarnya sangat Populer di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Begitu pula halnya masyarakat Desa mekarwaru salah satu desa yang terletak di kecamatan Gantar, kabupaten indramayu sudah sedari dulu melestarikan salah satu kearifan lokal ini.
Tradisi ini dilaksanakan di beberapa blok, diantrnya blok wesel, blok sukatani 1 dan sukatani II Desa Mekarwaru. Selain mengucapkan rasa syukur acar sedakah bumi juga bertujuan untuk menjalin tali silaturrahmi antara pemerintah desa dengan warga masyarakat.
pelaksanaan upacara adat Sedekah Bumi pun dipimpin langsung oleh kepala Desa Edi Sukandi SE, serta panitia, tokoh agama dan pimpinan adat setempat bersama warga masyarakat petani, Rabu (18/9/2024)
sebelum upacara adat dilaksanakan, diawali dengan acara pembacaan doa dan tahlil bersama, yang dihadiri warga masyarakat khususnya petani dengan membawa aneka hidangan berupa nasi tumpeng dan juga hasil bumi yang di susunan menyerupai gunung.
Setelah selesai berdoa, hasil bumi tersebut dibawa ke kantor desa mekarwaru yang kemudian di serahkan kepada kepala desa mekarwaru.
Edi Sukandi SE, mengucapkan rasa syukur atas hasil bumi para petani sebagai Wujud ketahanan pangan yang melimpah di bumi mekarwaru, beliau berharap dengan melaksanakan tradisi sedakah Bumi ini semoga Sang Cipta akan menambah karunianya kepada para petani di desa Mekarwaru.
” Terima kasih semoga hasil bumi ini menjadi berkah bagi petani, ” tuturnya.
Tradisi Sedekah bumi ini merupakan bukti bahwa budaya jawa dan ajaran islam dapat berjalan beriringan tanpa menghilangkan salah satu dari keduanya. Tradisi ini mengajarkan nilai kebersamaan, ungkapan rasa syukur serta kepedulian terhadap lingkungan.
Namun di era yang begitu modern ini gempuran budaya asing sangat luar biasa, menghadirkan tantangan tersendiri bagi masyarakat desa mekarwaru untuk dapat melestarikan tradisi ini. Diharapkan usaha bersama dari masyarakat lokal, pemerintah, dan semua pihak yang terlibat, tradisi ini akan terus hidup dan lestari sampai generasi masa depan. (Jojo Sutrisno)