Akhir-akhir ini, perpolitikan nasional mulai memanas, dimana Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia KPU RI sudah menyelenggarakan proses pemilu yang sebentar lagi akan dilaksanakan di 14 Februari 2024. Dimana sekarang sedang menjalani masa kampanye yang di tetapkan 75 hari saja. Tetapi, ada Paslon dan Tim Pemenangan yang terus menerus menggaungkan narasi Gimik dalam rangka kampanye untuk memenangkan Pasangan calonnya. Narasinya itu tidak jauh dari Gimik, ini sangat-sangat menghilangkan politik gagasan untuk bangsa ini kedepan.
Upaya manipulatif untuk mencari perhatianĀ ini tentu menggerus subtansi pokok gagasan besar tentang negara dan bangsa. Gimik tidak memberikan solusi yang kongkret dan baik, sehingga bisa saja menimbulkan polarisasi politik karena kontroversial. Politik Gimik ini bagi saya sungguh tidak baik, menghilangkan gagasan yang substantif dan mendidik.
Sebagai anak muda saya muak dengan Gimik politik apalagi menyebarkan ini dengan bertujuan meraup suara anak muda. Karena pemilih di 2024 di dominasi oleh suara anak muda, generasi milenial dan generasi Z. Dilihat dari Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia atau KPU RI menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Nasional untuk Pemilu 2024 sebesar 204.807.222 jiwa. Dari jumlah itu, 52 persen diantaranya merupakan pemilih muda.
Cukup sudah kampanye dengan Gimik politik, kampanye semacam ini cenderung membagi masyarakat menjadi kubu-kubu yang berseberangan, mengorbankan kesatuan dan kerja sama yang diperlukan untuk mencapai solusi yang efektif. Pemuda harus kritis melihat ini, bagaimana Paslon-paslon yang akan bertarung harus di desak agar mengeluarkan gagasan besarnya untuk bangsa dan negara, pemuda tidak boleh diam karena suara kita sangat menentukan gerak-laju bangsa ini kedepan.
Sumber: KPU RI
Lupi Malaranggi
Fakultas Hukum, Universitas Wiralodra.