mpn.co.id, Indramayu – Gelombang protes besar-besaran mengguncang Desa Sukaslamet, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu, Jumat (16/5/2025). Ribuan massa yang tergabung dalam gerakan Warga Sukaslamet Bersatu menggelar aksi unjuk rasa damai di depan kantor desa. Seruan yang menggema hanya satu: Kuwu Rajudin mundur!
Dengan membawa spanduk bertuliskan kritik tajam dan pengeras suara yang menggema sejak siang, warga menuntut perubahan nyata dalam tata kelola pemerintahan desa. Mereka menilai Kepala Desa Sukaslamet, Rajudin, S.Pd.I, telah gagal menjalankan pemerintahan secara transparan, akuntabel, dan berpihak kepada rakyat.
“Sudah cukup kami bersabar. Kuwu Rajudin tak layak memimpin. Ia hanya diam ketika rakyat menjerit,” teriak salah satu orator dari atas mobil komando. Tak hanya itu, Rajudin bahkan dijuluki “Kuwu Meledre”—istilah lokal yang menyindir kepemimpinan yang lemah dan tidak tegas.
Dalam pernyataan tertulis yang dibacakan di tengah aksi, massa menyampaikan sejumlah tuntutan strategis, di antaranya:
•Pengunduran diri Kuwu Rajudin sebagai bentuk pertanggungjawaban moral dan politik.
•Audit total penggunaan Dana Desa oleh Inspektorat Kabupaten Indramayu.
•Transparansi laporan keuangan desa secara berkala melalui media terbuka.
•Pelibatan warga secara nyata dalam forum musyawarah desa.
•Penghapusan nepotisme, khususnya dalam pengangkatan aparatur desa yang masih didominasi keluarga kepala desa.
Situasi sempat memanas saat terjadi adu argumen antara koordinator aksi dan pihak aparatur desa. Bahkan sebagian massa mencoba menerobos kantor desa, namun berhasil dicegah oleh aparat keamanan gabungan dari Polres Indramayu, Polsek setempat, dan TNI.
Di hadapan media, Rajudin membantah semua tuduhan dan menyatakan siap diperiksa. “Saya bekerja berdasarkan aturan. Jika ada yang tidak puas, silakan laporkan. Saya terbuka untuk diaudit,” ujarnya tenang. Namun, ia menolak menandatangani tuntutan warga, yang membuat aksi berakhir tanpa kesepakatan.
Menanggapi situasi tersebut, Camat Kroya, Heka Sugoro, turut hadir dan menawarkan mediasi. Ia menyatakan akan segera menyampaikan aspirasi warga kepada Wakil Bupati Indramayu, Syaefudin.
Namun Ketua Koordinator Aksi bersikeras. “Jika tuntutan ini tidak ditindaklanjuti, kami akan kembali turun dengan massa yang lebih besar. Ini baru permulaan,” ujarnya tegas.
Aksi ini menjadi simbol ketidakpuasan yang telah lama terpendam. Warga Sukaslamet kini menanti langkah nyata dari pemerintah daerah, berharap suara mereka menjadi cambuk perbaikan bagi roda pemerintahan desa.
“Kami hanya ingin desa yang bersih, jujur, dan adil. Apakah itu terlalu berat?” kata kaniah, seorang warga dengan mata berkaca-kaca.
Penulis
(Jojo Sutrisno)