Kuningan Belum Siap Menghadapi Ancaman Bencana Hidrometeorologi

Read Time:2 Minute, 19 Second

Mpn.co.id.Kuningan. Selasa (5/3/2024) terinformasikan di Dusun Jatinunggal Desa Karangtawang Kecamatan Kuningan terjadi banjir, menurut tokoh pemuda bernama Iip memberikan informasi bahwa setiap kali hujan dengan intensitas tinggi akan memberikan dampak banjir ke masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut. Banjir tersebut merupakan limpasan dari sungai Surakatiga yang ada di Winduhaji, bahkan air sampai kedalam perumahan warga.

Di waktu yang sama, dibeberapa lokasi seperti di Desa Benda Kecamatan Luragung hujan lebat mengakibatkan banjir di beberapa wilayah khususnya di area balai desa, kemudian di jalur nasional Kuningan-Cikijing pun terinformasikan terjadi longsor.

Memasuki tahun 2024 di pertengahan bulan Januari, Berdasarkan informasi dari Pusdalops BPBD Kabupaten Kuningan, bencana alam berupa longsor terjadi di lima titik yang tersebar di tiga desa pada Selasa – Rabu (16-17/1/2024). Adapun ketiga desa itu, yakni Desa Cipedes, Desa Gunungmanik dan Desa Pinara. Ketiga desa itu terletak di Kecamatan Ciniru, dan selain longsor, bencana lainnya yang terjadi adalah angina kencang. Peristiwa itu terjadi di Dusun Cadasngampar, Desa Wilagara, Kecamatan Luragung, Kamis (25/1/2024).

Dari rangkaian bencana di atas, awwk media MPN mencoba melakukan wawancara via telp dengan praktisi kebencanaan Kuningan Maun Kusnandar, untuk mengkonfirmasi fenomena bencana yang terjadi saat ini.
Dalam penjelasannya beliau menyampaikan bahwa sebagai negara kepulauan beriklim tropis, Indonesia selalu dihadapkan pada risiko hidrometeorologis yang tidak ringan. Bencana hidrometeorologis disebabkan oleh faktor iklim melalui siklus air dan angin yang ada di permukaan bumi. Oleh karena itu, informasi cuaca sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi bencana hidrometeorologis seperti banjir, longsor, angin puting beliung dan kekeringan.
Maun melanjutkan bahwa saat ini Banjir merupakan bencana alam terbanyak pada awal tahun ini, yaitu 42 kejadian. Jumlah ini setara 63,64% dari total bencana alam di Tanah Air. Berdasarkan wilayahnya, bencana alam paling banyak terjadi di Jawa Barat sebanyak 17 kejadian, Jawa Tengah 9 kejadian, Riau 7 kejadian, serta Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat masing-masing 5 kejadian.
Ketika diminta pendapatnya terkait kejadian bencana yang terjadi saat ini di Kuningan, Maun menjelaskan bahwa silahkan tanya langsung ke BPBD Kuningan atau langsung ke Kalaksa BPBD Kuningan yaitu Indra Bayu.
Seharusnya kuningan sudah memiliki dokumen rencana penanggungan bencana daerah (RPBD) khususnya untuk penanganan bencana hidrometeorologi ini, atau coba tanyakan ke pihak BPBD apakah Kuningan sudah melakukan Kajian Risiko Bencana (KRB) dan seharusnya juga kuningan sudah memiliiki Rencana Kontijensi untuk kejadian ini. Kalau dilihat sampai saat ini Pihak BPBD hanya sebagai petugas tanggap darurat apabedanya mereka dengan Team SAR. Seharusnya BPBD harus memiliki peran lebih baik yaitu sebagai leading sektor pengelolaan bencana di tingkat kabupaten Kuningan. Dan Jika mereka (BPBD) ternyata belum memiliki dokumen RPBD dan rencana rekayasa penanggulangan bencana spesifik ya Maaf kalau saya bilang Kuningan belum siap menghadapi bencana iklim” lanjut Maun.
Menurut maun, seharusnya BPBD menyiapkan perenncanaan penanggulangan bencana dari awal dan melibatkan banyak pihak dalam menghadapi bencana saat ini. ( rey

Leave a Reply