Pilkada 2024: Mempertaruhkan Kembali Harapan Kesejahteraan

KopiBangbul313 Views
Read Time:5 Minute, 32 Second

Ironisme Kesejahteraan Indramayu
Apa yang sebenarnya diharapkan dari eforia Pilkada Indramayu dari tahun ke tahun, termasuk di tahun ini? Tentu pertanyaan ini dapat dijawab dengan mudah, hal yang paling dasar di balik keseruan perhelatan Pilkada ialah pertaruhan akan sebuah harapan: untuk menjadi sejahtera. Kata “sejahtera” begitu mudah diucapkan, saking mudahnya kata ini selalu menjadi komoditas utama dalam panggung politik. Namun, komoditas ini mudah untuk dijual, tapi sama-sekali tidak mudah untuk diwujudkan realitasnya. Apalagi di Indramayu, sejahtera dalam rupa nyatanya tak ubahnya mimpi yang musykil.
Saat menggunakan mesin pencari google setidaknya ada dua artikel di media online yang pernah menulis ironisme Indramayu sebagai daerah dengan sumber daya alam berlimpah, tapi justru menjadi kabupaten termiskin di Jawa Barat.1 Tulisan pendek yang dimuat kedua media online tersebut tidak sependek kenyataannya yang tidak dapat ditolak. Indramayu memiliki garis pantai sepanjang 147 KM tentu dengan sumber daya lautnya yang melimpah. Ditambah dengan tanahnya yang subur menambah daftar kekayaan sumber daya lam Indramayu.
Pada 2023 penghasilan ikan dari laut saja dapat mencapai 166.212,82 ton. Tidak hanya itu, Indramayu pun menjadi lumbung padi nasional. Penghasilan padi kering giling Indramayu pada 2023 sebanyak 1.419.735,8 ton. Julukan Indramayu sebagai kota mangga pun tidak main-main, 1.118.941 kwintal mangga dapat dihasilkan dari tanah kabupaten ini pada 2023. Ini belum disebut sektor unggul lainnya, yakni minyak bumi. Produksi di kilang minyak Balongan saja bisa mencapai kapasitas 123.000 barel per hari. 2
Akan tetapi, kekayaan sumber daya tersebut berbanding terbalik dengan kondisi kesejahteraan masyarakatnya. Pada tahun ini jumlah penduduk miskin Indramayu memang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yakni dari 214,7 menjadi 212,1 ribu jiwa. Namun penurunan tersebut tetap menjadikan Indramayu sebagai kabupaten/kota termiskin di Jawa barat dengan 11,93 persen dari total penduduknya. Angka kemiskinan inin pun ditentukan dari batas garis 1 https://rejabar.republika.co.id/berita/rnp50f396/ironissumber-daya-melimpah-tapi-indramayu-kabupaten-paling-miskin-di-jabar (2022) dan https://radarindramayu.disway.id/read/663146/indramayu-miliki-kekayaan-alam-yang-luar-bisa-tapi-jadi-daerah-termiskin-di-jawa-barat-apa-penyebabnya/15 (2024) (diakses pada 13 November 2024). 2 https://indramayukab.bps.go.id/id/publication/2024/02/28/eac236cc254229b0738e9fb5/kabupaten-indramayu-dalam-angka-2024.html (diakses 13 November 2024).

kemiskinan dengan pengeluaran perkapita Rp560.159 perbulan.3 Artinya, kita dapat menggugat: apakah yakin pengeluaran di atas itu dapat disebut sudah berkecukupan (tidak miskin)? Jika ukuran pengeluaran perkapita perbulan dinaikan kemungkinan angka kemiskinan di Indramayu pun akan menjadi semakin tinggi.
Pada pemberitaan yang dimuat republika.co.id pada 2022 mengutip Ruswa, anggota DRPD Indramayu mpada saat itu, disebutkan kemiskinan Indramayu disebabkan oleh dampak krisis pandemi covid-19. Sementara di pemberitaan yang dimuat media radarindramayu.id pada tahun ini, kemiskinan Indramayu disinyalir sebagai dampak dari rendahnya pendidikan. Memang, pendidikan di Indramayu termasuk terendah pula di Jawa Barat, yakni dengan rata-rata sekolah 6,94 tahun.4 Namun, kita dapat bertanya: apa yang membuat pendidikan di Indramayu rendah? Begitu pun, semestinya kita gelisah, mengapa daerah dengan sumber daya alam yang sekaya Indramayu dapat rentan dalam menghadapi pandemi? Bukankah semestinya rakyat Indramayu dapat bertahan dengan kedaulatan ekonomi yang berpangkal dari pengelolaan sumber daya alam yang kaya itu?
Waktunya Bersama Bertaruh
Apa yang mendasari segala kehidupan sosial dapat berjalan? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan merenungi, realitas apa yang menjembati kenyataan biologis dan sosial dalam kehidupan manusia? Jawabannya ialah ekonomi. Namun, apa yang dapat mengatur seumber daya ekonomi dalam masyarakat? Tentu saja, politik. Inilah sebabnya dalam era klasik isitilah ‘ekonomi’ tidak terpisahkan dari ‘politik’. Lantas, apa hubungannya dengan kesejahteraan Indramayu yang masih jauh panggang dari api?
Kita dapat kembali di pertanyaan di atas, apa yang membuat pendidikan Indramayu rendah? Angka rata-rata sekolah di Indramayu yang rendah tentu bukan merupakan sesuatu yang begitu saja terberi dari Tuhan layaknya kekayaan sumber daya alamnya. Melainkan ada persoalan rumusan kebijakan yang masih gagal dalam mengangkat pendidikan di Kota Mangga ini. Harus dakui Pemerintah Daerah kita belum memiliki rumusan yang jelas untuk mengangkat angka rata-rata sekolah anak-anak Indramayu. Hal ini bisa diukur salah-satunya dengan minimnya beasiswa yang tersedia dari Pemda. Problem pendidikan Indramayu pun berkelit-kelindan

3 https://jabar.bps.go.id/id/statistics-table/2/NDExIzI=/garis-kemiskinan-menurut-kab-kota.html (diakses 13 November 2024).
4 https://indramayukab.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTQ4IzI=/rata-rata-lama-sekolah.html (diakses 13 November 2024).

dengan problem kesejahteraan masyarakatnya, alih-alih pendidikan menjadi sumber dari kemiskinan, justru sebaliknya kemiskinan merupakan sumber dari rendahnya pendidikan.
Lalu, apa yang menyebabkan kemiskinan? Pada bagian sebelumnya sudah diuraikan kemiskinan di Indramayu merupakan ironisme di balik kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah. Dalam rumusan kalimat lain dapat diungkapkan, “Dengan kekayaan alam yang melimpah ini Indramayu seharusnya masyakar Indramayu sejahtera.” Jika ada sparasasi anatara “yang seharusnya” dengan “yang senyatanya” itu mengindikasikan ada salah kelola di sana.
Produksi padi Indramayu yang tinggi di 2023 sebenarnya menunjukkan pula penurunan disbanding 2022. Begitu pula penghasilan mangga kita. Tentu tidak asing bagi petani, belakangan ini pertanian Indramayu seringkali mengalami persoalan kelangkaan air akibat system irigasi banyak yang mati, juga kelangkaan pupuk. Di sektor laut, nelayan sering mengeluh kesusahan melaut, sulit mendapatkan bahan bakar solar untuk kapalnya. Belum lagi persoalan harga penghasilan komoditas dari sektor laut dan darat kita.
Pemerinth Daerah Indramayu sampai saat ini belum mampu memuat rumusan kebijakan yang dapat mendorong tumbuhnya geliat ekonomi berpangkal potensi sumber daya alam. Akibatnya sumber daya alam kita tidak terkelola dengan baik, karena itu kekayaan sumber daya alam tidak dapat menumbuhkan kekayaan pada Sebagian besar manusianya. Artinya, agar tidak ada lagi ‘alamnya kaya’, tapi ‘rakyatnya miskin’; tidak ada lagi jarak antara ‘yang seharusnya’ dan ‘yang senyatanya’, Indramayu membutuhkan kebijakan politik dari pemerintahnya yang dapat mengelola sumer daya alam itu dengan baik. Indramayu membutuhkan Pemda yang berperspektif menjadikan potensi sumber daya alam yang melimpah sebagai dasar dari kebijakan ekonomi.

Tahun ini, Indramayu akan kembali mengadakan Pilkada. Momen ini menjadi momen untuk seluruh rakyat Indramayu kembali mempertaruhkan harapan untuk mewujudkan kesejahteraan. Oleh karena itu, rakyat Indramayu semestinya harus jernih dalam melihat mana yang akan membawa kesejahteraan, termasuk jernih melihat mana yang telah gagal membawa perubahan dan kesejahteraan. Rakyat Indramayu harus bersama-sama bertaruh pada gagasan baru untuk kesejahteraan, ketimbang memilih kembali yang telah gagal. Lebih baik memelihara harapan, ketimbang jatuh kembali pada yang telah gagal.
Lantas, pada siapa seharusnya rakayat Indramayu mempertaruhkan harapannya? Kita dapat melihat siapa yang berani membawa visi yang semestinya dari dulu ada di bumi ini, yakni ekonomi kerakyatan dan gotong-royong. Dua visi itu, di samping relijius, aman dan nyaman merupakan wujud kunci dari perspektif pembangunan ekonomi berlandaskan pengelolaan sumber daya alam. Dengan demikian, pun merupakan kunci bagi terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indramayu.***

Penulis :

Mastono
Koordinator Indramayu Movement

Leave a Reply