Pancasila; ” Ngopi Bareng”

KopiBangbul91 Views
Read Time:1 Minute, 26 Second

 

Mpn.co.id. Seringkali kita denger kata “Pancasila” di sekolah, upacara bendera, atau pas tanggal 1 Juni—Hari Lahir Pancasila. Tapi jujur aja, kadang Pancasila terdengar kayak pelajaran hafalan doang. Padahal, kalau kita gali lebih dalam, Pancasila itu sebenarnya warisan pemikiran keren dari leluhur Nusantara. Bukan sekadar teks, tapi cara hidup.

Coba pikir deh, jauh sebelum Indonesia merdeka, suku-suku di Nusantara udah hidup rukun, punya kearifan lokal, dan menghormati alam. Gotong royong? Itu udah jadi tradisi. Musyawarah? Udah jadi cara ngambil keputusan di kampung-kampung. Hormat sama perbedaan? Kita punya ratusan suku dan bahasa, dan somehow tetap bisa hidup bareng.

Nilai-nilai itu udah ada duluan, tinggal kemudian dirangkum dan dijadikan fondasi negara lewat Pancasila.

Beda sama banyak negara lain yang ngambil ideologi dari luar—liberalisme, sosialisme, kapitalisme—Indonesia justru “membotolkan” nilai-nilai asli rakyatnya sendiri. Bung Karno bilang Pancasila itu digali, bukan diciptakan. Artinya, nilai-nilai ini udah hidup dan membudaya, kita cuma perlu menyadarinya.

Kalau dipikir-pikir, lima sila dalam Pancasila itu ibarat jari tangan. Beda-beda bentuk dan fungsi, tapi satu tangan. Gak bisa cuma satu doang yang jalan. Gak bisa kita cuma ambil sila keempat (demokrasi) tapi lupa sila pertama (Ketuhanan) atau sila kelima (keadilan sosial).

Dan hebatnya lagi, Pancasila itu fleksibel. Bisa diterapkan di era kerajaan, kolonial, sampai zaman digital kayak sekarang. Nilainya gak kadaluarsa.

Di tengah dunia yang makin cepat dan kadang bikin stres, Pancasila bisa jadi penyeimbang. Bukan cuma buat negara, tapi buat hidup kita sehari-hari. Nggak usah muluk-muluk, mulai aja dari hal kecil: saling menghargai, jujur, gak main hakim sendiri, bantu tetangga, dan tetap ingat Tuhan.

Karena kadang, jadi manusia Pancasila itu sesimpel: ngopi bareng temen beda agama sambil ngobrolin masa depan.

( Bang Bul)

Leave a Reply