Mapagsri Desa Sumbermulya: Merawat Warisan Leluhur di Tengah Arus Modernisasi

mpnSAPA DESA161 Views
Read Time:1 Minute, 22 Second

 

mpn.co.id,Indramayu — Suasana hangat dan penuh syukur menyelimuti halaman Kantor Pemerintah Desa Sumbermulya, Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, saat tradisi tahunan Mapagsri kembali digelar, Sabtu (19/4/2025). Acara ini menjadi wujud rasa syukur para petani atas hasil panen raya yang melimpah, sekaligus bentuk penghormatan terhadap kearifan lokal yang terus dijaga di tengah derasnya arus modernisasi.

Dalam balutan adat dan budaya, Mapagsri dihadiri para tokoh agama, pemuka masyarakat, pemuda desa, para pemangku adat, hingga jajaran stakeholder dari Kecamatan Haurgeulis. Kemeriahan acara semakin terasa dengan kehadiran berbagai elemen masyarakat yang bersatu dalam harmoni, mencerminkan semangat gotong royong yang menjadi jati diri bangsa.

Kepala Desa Sumbermulya, Taryono, S.E., dalam sambutannya menegaskan pentingnya melestarikan tradisi Mapagsri sebagai warisan budaya dari para leluhur. “Tradisi ini bukan hanya bentuk rasa syukur atas berkah Tuhan, tetapi juga menjadi jembatan silaturahmi antara masyarakat dan pemerintah desa. Dengan kebersamaan ini, segala bentuk musyawarah dan pembangunan infrastruktur desa dapat berjalan lebih harmonis sesuai visi Indramayu REANG ” ujarnya.

Taryono menambahkan, menjaga budaya lokal adalah fondasi penting dalam mempertahankan identitas daerah. Ia mengapresiasi bagaimana nilai-nilai budaya Islam dan tradisi Jawa berpadu secara selaras dalam Mapagsri, tanpa mengurangi makna dari keduanya.

Puncak acara kian semarak dengan pagelaran seni wayang kulit yang menghipnotis hadirin. Pertunjukan ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga simbol keberagaman budaya di tanah Wiralodra, sebutan lain untuk Indramayu yang berada di ujung utara Pulau Jawa.

Mapagsri tahun ini kembali menegaskan, bahwa di tengah kemajuan zaman, Desa Sumbermulya tetap kukuh menjaga akar budayanya, menanamkan nilai-nilai luhur untuk diwariskan kepada generasi mendatang. Sebuah pelajaran tentang bagaimana tradisi bukan sekadar kenangan, melainkan nafas yang terus menghidupkan sebuah peradaban.

Penulis
(Jojo Sutrisno)

Leave a Reply