Candi Prambanan: Di Balik Kemegahan, Terpatri Cinta Tragis Roro Jonggrang dan Misteri Seribu Candi

Read Time:2 Minute, 43 Second


‎mpn.co.id,YOGYAKARTA – Menjulang megah di antara hamparan tanah dan langit biru Yogyakarta, Candi Prambanan tidak hanya menyimpan kejayaan masa lalu, tetapi juga cerita yang menggugah jiwa. Jurnalis MPN, Selasa (5/8/2025) menelusuri lebih dalam: bukan sekadar situs warisan dunia, Prambanan adalah lembaran hidup sejarah, mitos, dan cinta yang tragis bersatu dalam batu, dalam legenda, dan dalam ingatan kolektif masyarakat Nusantara.

‎Dibangun sekitar abad ke-9 oleh Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya, Candi Prambanan merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia dan telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1991. Candi ini dipersembahkan kepada Trimurti: Brahma Sang Pencipta, Wisnu Sang Pemelihara, dan Siwa Sang Pelebur.

‎Bangunan utamanya menjulang hingga 47 meter, dengan ukiran relief yang memukau dan bercerita khususnya kisah epik Ramayana. Di balik kemegahannya, Prambanan bukan hanya tempat pemujaan, tetapi juga panggung sejarah yang terus menghidupkan legenda dari masa silam.


‎Di tengah keagungan arsitektur Prambanan, hidup legenda yang telah diceritakan dari generasi ke generasi. Roro Jonggrang putri cantik nan cerdas, anak dari Raja Prabu Baka menjadi tokoh utama dalam kisah tragis yang membentuk identitas candi ini.

‎Usai kematian ayahnya di tangan pangeran sakti Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang dipaksa menerima pinangan sang penakluk. Namun, demi menjaga harga diri dan martabatnya, ia mengajukan syarat mustahil: membangun 1.000 candi dalam satu malam.

‎Dengan kekuatan gaib, Bandung hampir menyelesaikan tugas tersebut. Menyadari waktu hampir habis, Roro Jonggrang menyusun siasat membangunkan fajar palsu dengan bantuan para gadis desa. Makhluk halus pembangun candi pun menghilang, dan pekerjaan pun gagal. Hanya 999 candi yang rampung.


‎Marah dan kecewa, Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca batu. Konon, arca Durga Mahisasuramardini di dalam candi utama adalah sosok sang putri terpatri selamanya sebagai simbol dari cinta yang tertolak dan keberanian yang abadi.


‎Meski legenda ini kerap dianggap dongeng, banyak budayawan dan arkeolog percaya bahwa kisah Roro Jonggrang mengandung tafsir historis. Konflik dua kerajaan besar di masa lalu Medang dan Mataram Kuno diyakini menjadi latar simbolis dari kisah ini.

‎“Perjodohan politik yang gagal, kekuasaan yang saling menekan, serta penolakan terhadap dominasi kekuatan lain, semuanya bisa dibaca dari kisah ini,” jelas Dwi Herlambang, sejarawan dari UGM. “Kutukan dalam cerita bisa dimaknai sebagai simbol kehancuran aliansi politik atau penolakan terhadap penggabungan kekuasaan.”


‎Di era modern, tokoh Roro Jonggrang bahkan menjadi representasi perempuan cerdas dan berani menentukan nasibnya sendiri. Ia bukan sekadar tokoh tragis, tapi simbol kekuatan perempuan dalam menghadapi tekanan.

‎“Roro Jonggrang adalah sosok yang strategis, penuh perhitungan, dan berani membayar harga dari keputusannya,” ujar Niken Ayu, budayawan asal Yogyakarta. “Ia bukan korban, tapi tokoh perempuan yang melawan dengan cara paling cerdas yang ia miliki.”


‎Kini, Prambanan tidak hanya menjadi destinasi wisata sejarah, namun juga panggung budaya yang menghidupkan kisah Ramayana dan legenda-legenda Jawa lewat pertunjukan Sendratari yang digelar di pelatarannya saat bulan purnama.

‎“Datang ke Prambanan seperti menelusuri novel epik dalam bentuk batu,” ujar Aditya, seorang traveler asal Jakarta. “Relief dan lorong-lorongnya seperti menyimpan suara dari masa lalu.”


‎Candi Prambanan, dengan segala kisah dan keindahannya, adalah bukti bahwa warisan budaya bukan hanya tentang bangunan, tapi tentang jiwa sebuah bangsa. Dari cinta yang kandas, siasat yang cerdas, hingga tragedi yang menjadi legenda semua abadi dalam Prambanan.

‎Dan di setiap batu yang berdiri, masyarakat Indonesia diingatkan bahwa kisah, sejarah, dan identitas mereka tak lekang oleh zaman.

‎Penulis
‎(Jojo Sutrisno)



Leave a Reply