mpn.co.id, INDRAMAYU – Puluhan warga Dusun 2 Walahar dan Cijambe, Desa Bantarwaru, Kecamatan Gantar, melakukan aksi protes dengan mendatangi kantor desa pada Senin (21/7/2025). Mereka menuntut penjelasan terkait pemecatan Kepala Dusun (Kasun) 2, Ceceng Samsudin, oleh Kepala Desa Bantarwaru, Soleh.
Aksi protes ini dipicu oleh dugaan bahwa pemberhentian Ceceng terkait sikapnya yang menolak rencana pembebasan lahan produktif milik warga untuk dijadikan kawasan industri. Warga menilai Ceceng merupakan sosok yang berdedikasi dan selama ini banyak membantu kepentingan masyarakat.
Dalam audiensi yang digelar di aula kantor desa, warga menegaskan penolakan terhadap keputusan kepala desa. “Kinerja Pak Ceceng selama ini baik dan selalu mendukung kebutuhan warga. Kami tidak mengerti kenapa beliau diberhentikan,” ujar Ruslim, salah satu warga yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Warga juga menolak rencana pembebasan lahan pertanian mereka untuk proyek zona industri. “Lahan kami ini produktif, bisa panen tiga kali setahun. Kenapa justru lahan produktif yang dikorbankan? Masih banyak lahan tidak produktif di sekitar sini,” lanjut Ruslim dengan nada kecewa. Ia juga menuding ada upaya intimidasi kepada warga yang menolak pembebasan lahan.
Sejumlah warga menduga, pemecatan Ceceng berkaitan erat dengan sikapnya yang menjadi penyambung aspirasi warga dalam menolak proyek pembebasan lahan. “Kami melihat ada keterlibatan pemerintah desa yang seharusnya netral, malah menjadi mediator pembebasan lahan,” kata seorang tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya.
Menanggapi tudingan tersebut, Kepala Desa Bantarwaru, Saleh, membantah adanya kaitan pemecatan dengan penolakan pembebasan lahan. “Pemberhentian Kasun murni karena beliau tidak mematuhi aturan pemerintah desa dan tidak hadir selama tiga bulan berturut-turut,” jelas Saleh di hadapan media.
Namun, penjelasan tersebut tidak serta-merta meredakan kekecewaan warga. Mereka mendesak agar keputusan pemecatan tersebut dievaluasi, mengingat Ceceng dinilai selalu berpihak kepada kepentingan masyarakat.
Ceceng Samsudin sendiri mengaku tidak keberatan dengan keputusan pemberhentian, namun menegaskan bahwa suara masyarakat harus didengar. “Saya hanya menjalankan aspirasi warga. Lahan di sini penting untuk ketahanan pangan dan penghidupan petani. Kalau harus dikorbankan untuk industri, itu harus dipikirkan matang-matang,” tegas Ceceng dengan mata berkaca-kaca.
Ketua BPD Bantarwaru, Adin, memastikan bahwa pihaknya akan menampung semua aspirasi warga. “Kami akan memediasi semua suara, baik yang mendukung maupun menolak pembebasan lahan. Ada sebagian warga yang setuju, bahkan sudah menerima uang pengikat. Tapi kita harus mengedepankan musyawarah,” ujar Adin.
Rencana pembebasan lahan di Desa Bantarwaru masih menjadi isu panas di tengah warga. Pro kontra diperkirakan akan terus berlangsung, terlebih setelah aksi protes warga hari ini mencuat ke publik.
Penulis
(Jojo Sutrisno)