Tradisi Malam 1 Suro Di Makom Embah Buyut Ki Jaka Tarub Penganjang.

mpnRELIGI392 Views
Read Time:2 Minute, 38 Second

 

INDRAMAYU- Malam Satu Suro merupakan awal Bulan Suro yang menjadi awal tahun baru dalam kalender Jawa,  perayaan malam Satu Suro ini, menjadi tradisi yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Jawa, Satu Suro juga  bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1445,  H.

Tradisi Malam Satu Suro yang ada di Makom Embah Buyut Ki Jaka Tarub Desa Penganjang, tahun ini agak sedikit berbeda dengan tradisi pada umumya, dimalam Satu Suro tahun ini, Makom Embah Buyut Ki Jaka Tarub dipenuhi para pejiarah rata – rata dari luar kota dan ada juga yang dari luar pulau. Dalam keteranganya yang disampaikan oleh Abdul Rosid selaku Juru Rohani Makom menjelaskan “Malam hari ini saya beserta para pejiarah  melakukan kirim do’a untuk leluhur yang ada disini” ungkap  Abdul Rosid.

Dalam keterangan yang dijelaskan oleh Juru Rohani tentang kisah pada kehidupan Jaka Tarub (pemuda dari Tarub). Setelah dewasa ia digelari Ki Ageng Tarub adalah tokoh yang dianggap sebagai leluhur dinasti Mataram, dinasti yang menguasai politik tanah Jawa  sejak abad ke-17 hingga sekarang. Menurut sumber masyarakat di Desa Penganjang, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, peristiwa ini terjadi di desa tersebut.

Sebagai buktinya, terdapat  makom Ki Jaka Tarub di desa tersebut.

Lanjut Juru Rohani menjelaskan “Rata-rata masyarakat sini tau akan cerita Ki Jaka Tarub dengan 7 bidadari, di Desa ini juga terdapat sendang (mata air) yang konon dulu adalah tempat para bidadari mandi dan Jaka Tarub mengambil selendang salah satu bidadari.

Pada masa lalu hiduplah seorang pemuda bernama Jaka Tarub. Dia merupakan pemuda desa yang gemar berburu. Suatu hari, dia sedang berburu burung di tengah hutan.

Selama seharian Jaka Tarub belum menemukan burung buruan. Dia masuk hutan semakin dalam. Di tengah belantara, sayup-sayup dia mendengar suara beberapa wanita sedang berbincang.

Suara perempuan itu beradu dengan suara air gemericik. Karena penasaran, Jaka Tarub mencari sumber suara tersebut.

Betapa terkejutnya dia saat melihat ternyata ada sekelompok bidadari yang tengah mandi di telaga. Paras para bidadari itu sangatlah cantik. Kemudian timbul sebuah ide nakal.

Jaka Tarub mengambil salah satu baju milik bidadari itu. Kemudian dia kembali bersembunyi sambil membawa pakaian itu.

Menjelang sore, para bidadari itu selesai mandi. Mereka mengenakan pakaian mereka kembali dan pulang menuju langit.

Namun, ada satu bidadari yang tertinggal dan tidak ikut pulang. Sebab, dia kehilangan pakaiannya. Bak malaikat penolong, Jaka Tarub muncul meminjamkan kain kepada bidadari itu. Bidadari bernama Nawang Wulan itu lantas diajak pulang ke rumah.

Mereka berdua kemudian menikah. Nawang Wulan kini juga harus bekerja seperti layaknya manusia, seperti memasak dan mencuci.

Namun, sebagai seorang bidadari dia memiliki kesaktian. Setiap hari dia hanya memasukkan sehelai padi ke dalam periuk. Anehnya, hasilnya bisa menjadi nasi yang cukup dimakan sekeluarga.

Namun, kesaktiannya itu bisa hilang jika ada orang yang membuka periuk saat dia memasak nasi. Dia selalu berpesan kepada Jaka Tarub untuk tidak membuka periuk itu.

Karena penasaran Jaka tarub memperhatikan semua aktifitas istrinya dan pada suatu saat sebelum nasi itu matang sudah dibuka periyuknya sehingga mulai saat itu nawang ulan kehilangan kesaktianya, crita ini berlanjut” tutur Juru Rohani.

Semoga dengan diungkapnya kisah makom Ki Jaka Tarub ini, bisa memberikan informasi kepada masyarakat luas, dan bisa menarik para wisatawan untuk datang berkunjung agar bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.
(Tono)

Leave a Reply