Pahlawan Tanpa Tanda Jasa: Mereka Ada di Sekitar Kita

KopiBangbul170 Views
Read Time:2 Minute, 7 Second

Penulis :

Anakula Omar, Siswa MTSN 10 Kuningan

Setiap 10 November, kita diseru untuk mengheningkan cipta. Mengenang para pahlawannasional yang gugur dengan darah dan peluru demi kemerdekaan negeri ini. Moment ini penting, sebuah pengingat akan harga mahal yang dibayar untuk kita bisa bernapas hari ini.

Namun, setelah upacara selesai dan seragam putih-putih kita lepas, apakah makna
kepahlawanan ikut menghilang? Saya percaya, semangat kepahlawanan itu tidak hanya hidup di buku sejarah. Ia hadir setiap hari, dalam bentuk yang lebih halus, namun tak kalah dahsyat pengaruhnya.
Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang tidak kita sadari.

Coba kita lihat lebih dalam. Setiap pagi, ada ayah dan ibu yang bangun sebelum matahari
terbit. Mata mereka mungkin masih berat, tetapi semangat mereka tak pernah luntur
menyiapkan segalanya untuk kita. Mereka mendorong kita berangkat ke sekolah dengan
harapan tertanam di senyuman. Itu adalah perjuangan. Perjuangan tanpa senjata, tetapi
dengan keringat dan doa yang tak putus-putusnya.

Lalu, di sekolah, kita bertemu dengan para pahlawan lainnya: guru-guru kita. Dengan
sabar, mereka bukan hanya menjejali kepala kita dengan rumus matematika atau
tanggal-tanggal peristiwa bersejarah. Lebih dari itu, mereka mengajarkan kita tentang
adab, tentang cara menghormati, tentang ketangguhan menghadapi masalah. Setiap
ilmu yang mereka bagikan adalah sebuah “senjata” yang mereka persiapkan untuk kita
gunakan di medan bernama masa depan.
Ya, saya sadar sepenuhnya. Mereka bukan pahlawan nasional yang namanya diukir di
prasasti. Mereka adalah individu biasa yang terpanggil tanpa pamrih. Mereka mungkin
tidak menyadari bahwa sedikit “amal” yang mereka berikan hari ini—sebuah nasihat,
sebuah dorongan, atau sebuah kesabaran—akan menjadi fondasi bagi bangsa ini di
masa yang akan datang.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan?
Untuk para pahlawan nasional di buku sejarah, ucapan terima kasih kita adalah dengan belajar dengan giat, mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal positif. Kita buktikan bahwa pengorbanan mereka tidak sia-sia.

Namun, untuk pahlawan kita sehari-hari—orang tua dan guru—ucapan terima kasih saja rasanya tak cukup. Doa adalah senjata kita. Doa tulus dari hati seorang anak dan seorangmurid.

Semoga Allah SWT membalas setiap tetes keringat, setiap helaan napas
kesabaran, dengan kebaikan yang berlipat ganda. Jadi, di momentum Hari Pahlawan ini, mari kita lakukan dua hal: kenang yang di sana, dan hargai yang di sini. Pahlawan bukan hanya soal masa lalu, tetapi juga tentang siapa yang berjuang untuk masa depan kita hari ini.

Mari buka mata dan hati kita. Lihatlah pahlawan itu dalam senyuman ibu di pagi hari, dalam suara ayah yang menasehati, dan dalam kesabaran guru menerangi jalan kita.
Mereka adalah pahlawan sejati zaman now. Dan tugas kita adalah menjadi pahlawan
bagi generasi selanjutnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *