Membasuh Anggota Wudhu yang Terluka

mpnRELIGI609 Views
Read Time:6 Minute, 27 Second

Salah satu fardu wudu adalah membasuh kedua tangan sampai siku-siku. Selain itu, juga harus membasuh sedikit bagian tangan yang melewati siku-siku agar mantap kesempurnaan dalam basuhan pada siku-siku. Tak terkecuali bagi orang yang mengalami musibah seperti terdapat luka pada bagian tangan yang wajib dibasuh tersebut, bahkan sampai diperban (Shohibul Jabair) guna mempercepat proses penyembuhan atau menghindari dampak penyakit lainnya, yaitu infeksi dan semakin tambah parah lukanya. Sesuai dengan keterangan kitab Mughni al Muhtaj ila Ma’rifarti Alfadhi al Manhaj dan Kitab Hasyiyah Qalyubi wa ā€˜Amirah di bawah ini.

ŁŁŽŲ„ŁŁ†Ł’ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ) Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŲ¶Ł’ŁˆŁ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠ Ų§Ł…Ł’ŲŖŁŽŁ†ŁŽŲ¹ŁŽ Ų§Ų³Ł’ŲŖŁŲ¹Ł’Ł…ŁŽŲ§Ł„Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŲ§Ų”Ł ŁŁŁŠŁ‡Ł Ų³ŁŽŲ§ŲŖŁŲ±ŁŒ ( ŁƒŁŽŲ¬ŁŽŲØŁŁŠŲ±ŁŽŲ©Ł Ł„ŁŽŲ§ ŁŠŁŁ…Ł’ŁƒŁŁ†Ł Ł†ŁŽŲ²Ł’Ų¹ŁŁ‡ŁŽŲ§ ) Ł„ŁŲ®ŁŽŁˆŁ’ŁŁ Ł…ŁŽŲ­Ł’Ų°ŁŁˆŲ±Ł Ł…ŁŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁ‚ŁŽŲÆŁ‘ŁŽŁ…ŁŽ ŲØŁŽŁŠŁŽŲ§Ł†ŁŁ‡Ł ، ŁˆŁŽŁƒŁŽŲ°ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŲµŁŁˆŁ‚Ł ŲØŁŁŁŽŲŖŁ’Ų­Ł Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŲ§Ł…Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų“Ł‘ŁŁ‚ŁŁˆŁ‚Ł Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲŖŁŁŠ فِي الرِّجْلِ Ų„Ų°ŁŽŲ§ Ų§Ų­Ł’ŲŖŁŽŲ§Ų¬ŁŽ Ų„Ł„ŁŽŁ‰ ŲŖŁŽŁ‚Ł’Ų·ŁŁŠŲ±Ł Ų“ŁŽŁŠŁ’Ų”Ł ŁŁŁŠŁ‡ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŁ…Ł’Ł†ŁŽŲ¹Ł مِنْ ŁˆŁŲµŁŁˆŁ„Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŲ§Ų”Ł . ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŲØŁŁŠŲ±ŁŽŲ©Ł ŲØŁŁŁŽŲŖŁ’Ų­Ł Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŁŠŁ…Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų¬ŁŲØŁŽŲ§Ų±ŁŽŲ©Ł ŲØŁŁƒŁŽŲ³Ł’Ų±ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų®ŁŽŲ“Ł’ŲØŁŒ Ų£ŁŽŁˆŁ’ Ł‚ŁŽŲµŁŽŲØŁŒ ŁŠŁŲ³ŁŽŁˆŁ‘ŁŽŁ‰ ŁˆŁŽŁŠŁŲ“ŁŽŲÆŁ‘Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ł…ŁŽŁˆŁ’Ų¶ŁŲ¹Ł Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŽŲ³Ł’Ų±Ł Ų£ŁŽŁˆŁ’ Ų§Ł„Ł’Ų®ŁŽŁ„Ł’Ų¹Ł Ł„ŁŁŠŁŽŁ†Ł’Ų¬ŁŽŲØŁŲ±ŁŽ . ŁˆŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŲ§ŁˆŁŽŲ±Ł’ŲÆŁŁŠŁ‘Ł : Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŲØŁŁŠŲ±ŁŽŲ©Ł Ł…ŁŽŲ§ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ ŁƒŁŽŲ³Ł’Ų±Ł ، ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŲµŁŁˆŁ‚Ł Ł…ŁŽŲ§ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų¬ŁŽŲ±Ł’Ų­Ł ، ŁˆŁŽŁ…ŁŁ†Ł’Ł‡Ł Ų¹ŁŲµŁŽŲ§ŲØŁŽŲ©Ł Ų§Ł„Ł’ŁŁŽŲµŁ’ŲÆŁ ، ŁˆŁŽŁ†ŁŽŲ­Ł’ŁˆŁŁ‡ŁŽŲ§ . ŁˆŁŽŁ„ŁŁ‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŲØŁ‘ŁŽŲ±ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲµŁŽŁ†Ł‘ŁŁŁ ŲØŁŲ§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŲ§ŲŖŁŲ±Ł Ł„ŁŲ¹ŁŁ…ŁŁˆŁ…ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ«Ł‘ŁŽŁ„ŁŽ ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŲØŁŁŠŲ±ŁŽŲ©Ł ، ŁˆŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŲ³ŁŲ±ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł Ł†ŁŽŲ²Ł’Ų¹Ł Ł…ŁŽŲ§ Ų°ŁŁƒŁŲ±ŁŽ ( ŲŗŁŽŲ³ŁŽŁ„ŁŽ Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲ­ŁŁŠŲ­ŁŽ ) Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŲ°Ł’Ł‡ŁŽŲØŁ Ų› Ł„ŁŲ£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽŲ§ Ų·ŁŽŁ‡ŁŽŲ§Ų±ŁŽŲ©ŁŒ Ų¶ŁŽŲ±ŁŁˆŲ±ŁŽŲ©ŁŒ ŁŁŽŲ§Ų¹Ł’ŲŖŁŲØŁŲ±ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų„ŁŲŖŁ’ŁŠŁŽŲ§Ł†Ł ŁŁŁŠŁ‡ŁŽŲ§ ŲØŁŲ£ŁŽŁ‚Ł’ŲµŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŁ…Ł’ŁƒŁŁ†Ł

Ł…ŲŗŁ†ŁŠ المحتاج ؄لى معرفة ألفاظ المنهاج 1/ 448

ŁˆŁŽŲ„ŁŁ†Ł’ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų¹ŁŲ¶Ł’ŁˆŁ Ų³ŁŽŲ§ŲŖŁŲ±ŁŒ ( ŁƒŁŽŲ¬ŁŽŲØŁŁŠŲ±ŁŽŲ©Ł Ł„ŁŽŲ§ ŁŠŁŁ…Ł’ŁƒŁŁ†Ł Ł†ŁŽŲ²Ł’Ų¹ŁŁ‡ŁŽŲ§ ) ŲØŁŲ£ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŽŲ®ŁŽŲ§ŁŁŽ Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡Ł ، Ł…ŁŽŲ­Ł’Ų°ŁŁˆŲ±ŁŒ Ł…ŁŁ…Ł‘ŁŽŲ§ Ų³ŁŽŲØŁŽŁ‚ŁŽ ŲŗŁŽŲ³ŁŽŁ„ŁŽ Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲ­ŁŁŠŲ­ŁŽ ŁˆŁŽŲŖŁŽŁŠŁŽŁ…Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ų³ŁŽŲØŁŽŁ‚ŁŽ ) ( ŁˆŁŽŁŠŁŽŲ¬ŁŲØŁ Ł…ŁŽŲ¹ŁŽ Ų°ŁŽŁ„ŁŁƒŁŽ Ł…ŁŽŲ³Ł’Ų­Ł ŁƒŁŁ„Ł‘Ł Ų¬ŁŽŲØŁŁŠŲ±ŁŽŲŖŁŁ‡Ł ŲØŁŁ…ŁŽŲ§Ų”Ł ) Ų§Ų³Ł’ŲŖŁŲ¹Ł’Ł…ŁŽŲ§Ł„Ł‹Ų§ Ł„ŁŁ„Ł’Ł…ŁŽŲ§Ų”Ł Ł…ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ…Ł’ŁƒŁŽŁ†ŁŽ ŁˆŁŽŁ‚ŁŁŠŁ„ŁŽ ŲØŁŽŲ¹Ł’Ų¶ŁŁ‡ŁŽŲ§ ) ŁƒŁŽŲ§Ł„Ł’Ų®ŁŁŁ‘Ł ، ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲŖŁŽŲ£ŁŽŁ‚Ł‘ŁŽŲŖŁ Ł…ŁŽŲ³Ł’Ų­ŁŁ‡ŁŽŲ§ ، ŁˆŁŽŁŠŁŽŁ…Ł’Ų³ŁŽŲ­Ł Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŁ†ŁŲØŁŽ Ł…ŁŽŲŖŁŽŁ‰ Ų“ŁŽŲ§Ų”ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ­Ł’ŲÆŁŲ«Ł ŁˆŁŽŁ‚Ł’ŲŖŁŽ ŲŗŁŽŲ³Ł’Ł„Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŁ„ŁŁŠŁ„Ł ، ŁˆŁŽŲ§Ų­Ł’ŲŖŁŽŲ±ŁŽŲ²ŁŽ ŲØŁŁ…ŁŽŲ§Ų”Ł Ų¹ŁŽŁ†Ł’ Ų§Ł„ŲŖŁ‘ŁŲ±ŁŽŲ§ŲØŁ ŁŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲ¬ŁŲØŁ Ł…ŁŽŲ³Ł’Ų­ŁŁ‡ŁŽŲ§ بِهِ Ų„Ų°ŁŽŲ§ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽŲŖŁ’ فِي Ł…ŁŽŲ­ŁŽŁ„Ł‘Ł Ų§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŁŠŁŽŁ…Ł‘ŁŁ…Ł ، ŁˆŁŽŁŠŁŲ“Ł’ŲŖŁŽŲ±ŁŽŲ·Ł ŁŁŁŠŁ‡ŁŽŲ§ Ł„ŁŁŠŁŽŁƒŁ’ŲŖŁŽŁŁŁŠŁŽ ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų£ŁŁ…ŁŁˆŲ±Ł Ų§Ł„Ų«Ł‘ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų«ŁŽŲ©Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŲ°Ł’ŁƒŁŁˆŲ±ŁŽŲ©Ł Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲ£Ł’Ų®ŁŲ°ŁŽ مِنْ Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲ­ŁŁŠŲ­Ł Ų„Ł„Ł‘ŁŽŲ§ Ł…ŁŽŲ§ Ł„ŁŽŲ§ ŲØŁŲÆŁ‘ŁŽ Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡Ł Ł„ŁŁ„ŁŲ§Ų³Ł’ŲŖŁŁ…Ł’Ų³ŁŽŲ§ŁƒŁ ، ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁˆŁ’ Ł‚ŁŽŲÆŁŽŲ±ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ ŲŗŁŽŲ³Ł’Ł„ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ¬ŁŽŲØŁŽ ŲØŁŲ£ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŽŲ¶ŁŽŲ¹ŁŽ Ų®ŁŲ±Ł’Ł‚ŁŽŲ©Ł‹ Ł…ŁŽŲØŁ’Ł„ŁŁˆŁ„ŁŽŲ©Ł‹ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŁŠŁŽŲ¹Ł’ŲµŁŲ±ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ł„ŁŁŠŁŽŁ†Ł’ŲŗŁŽŲ³ŁŁ„ŁŽ ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲŖŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ų·ŁŽŲ±Ł Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŽŲ§ ، ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁŠŁŽŲ£Ł’ŲŖŁŁŠ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŲØŁŁŠŲ±ŁŽŲ©ŁŽ ؄نْ ŁˆŁŲ¶ŁŲ¹ŁŽŲŖŁ’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų·ŁŁ‡Ł’Ų±Ł Ł„ŁŽŁ…Ł’ ŁŠŁŽŲ¬ŁŲØŁ’ Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŽŲ¶ŁŽŲ§Ų”Ł Ų£ŁŽŁˆŁ’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų­ŁŽŲÆŁŽŲ«Ł ŁˆŁŽŲ¬ŁŽŲØŁŽ

435/1 كتاب حاؓيتا Ł‚Ł„ŁŠŁˆŲØŁŠ و Ų¹Ł…ŁŠŲ±Ų©

Dalam berwudu, ada penjelasan mengenai tata cara yang harus dilakukan sebagai berikut :

Posisi luka seseorang, akan memberikan pengaruh terhadap tata cara berwudu yang harus dilakukannnya.

1. Apabila luka berada di selain anggota wudu seperti perut, dada. Punggung dan sebagainya, maka keberadaan luka itu tidak mempengaruhi. Dalam artian, wudhu yang dilalukan oleh orang itu sama persis dalam kondisi normal, tidak perlu menyempurnakannya dengan tayammum

2. Apabila luka berada pada anggota wudhu seperti kaki, wajah, dan tangan, yang dikhawatirkan luka itu akan menimbulkan bertambahnya penyakit, lamanya proses penyembuhan dan sebagainya, maka cara berwudunya adalah dengan membasuh atau mengusap anggota wudu yang sehat sesuai urutan. Kemudian disaat giliran membasuh atau mengusap anggota wudu yang terluka diganti dengan bertayammum. Jadi, misalkan seorang memiliki luka pada tangannya, maka tayammum dilakukan setelah membasuh wajah dan sebelum mengusap sebagian kepala.

Tata cara berwudhu’ bagi orang yang memiliki luka yang tidak diperban sebagai berikut:

1. Lakukanlah basuhan atau usapan pada anggota wudu yang sehat sesuai dengan urutannya (tartib).
2. Apabila ingin membasuh/mengusap anggota wudu yang terdapat luka, maka lakukanlah tayammum sesuai ketentuan-ketentuan dalam tayammum. Selain itu, apabila luka berada dalam pada anggota tayammum, maka luka tersebut harus diusap dengan debu yang suci selagi bisa. Apabila tidak bisa, dalam artian akan menimbulkan madlarat yang lebih dahsyat, maka cukup mengusap bagian yang tidak terluka dengan debu. Namun, dia harus mengulangi shalatnya karena wudhu’ dan tayammumnya tidak sempurna. (walaupun dia harus mengulangi shalatnya, dia tetap wajib melaksanakan shalat untuk menghormati waktunya shalat fardu (shalat lihurmatil wakti) pada saat itu juga, dalam artian ketika dia meninggal sebelum mengqodonya, maka dia tidak mendapat dosa.
3. Setelah selesai bertayammum, maka basuhlah bagian kulit yang sehat disekitar luka dengan hati-hati. Dengan cara menekan kain yang telah dibasahi dengan air pada bagian sekitar luka, dengan demikian air yang menyentuh bagian tersebut adalah air yang mengalir.

Tata cara bagi orang yang memilik luka yang diperban sebagai berikut:

1. Lakukanlah basuhan atau usapan pada anggota wudu yang sehat sesuai dengan urutannya
2. Pada saat ingin membasuh anggota wudu yang terluka (diperban), maka lakukanlah tayammum.
3. Setelah selesai melakukan tayammum, maka orang tersebut harus melakukan hal sebagai berikut:
4. Apabila orang tersebut memungkinkan untuk melepas perban, maka lepaslah perban itu agar dapat membasuh daerah pada sekitar luka yang tertutup perban. (membuka perban hukumnya wajib, apabila luka itu dirasa aman, perban berada pada anggota tayammum, atau selain anggota tayammum, tetapi kondisi perban melebar sampai menutupi bagian yang sehat.
5. Selanjutnya, usapkan air di atas perban secara merata. (dalam konteks anggota wudu wajib dibasuh atau diusap memiliki tiga keharusan. Maksudnya perban tidak wajib dibuka, yaitu bertayammum, membasuh bagian-bagian yang sehat, dan mengusap perban dengan air, jika kondisi perban melebar sampai menutupi bagian yang sehat dan tidak mampu mengusap bagian sehat itu dengan air).

Demikian tata cara mengusap anggota wudhu yang sedang mengalami luka.
Semoga menambah Ilmu yang Bermanfaat ….

Allohumma sholli alaa sayyidinaa Muhammad
Wa alaa aali sayyidinaa Muhammad

Leave a Reply