Akhlak Santri: Cermin Kepribadian Islami dari Dalam Pesantren*

Read Time:3 Minute, 8 Second

 

Oleh: KH. M. Mustofa (Ketua PCNU Indramayu)

Pesantren bukan hanya tempat belajar kitab, melainkan juga tempat belajar hidup. Di balik lantunan doa dan kitab kuning yang dibaca setiap hari, tersimpan proses panjang pembentukan karakter yang menjadi ciri khas seorang santri. Salah satu nilai utama yang ditanamkan di pesantren—terutama pesantren berbasis Nahdlatul Ulama (NU)—adalah akhlak mulia.

Akhlak adalah ruh dalam kehidupan santri. Ia hadir bukan hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam pergaulan, dalam berbicara, dalam mematuhi peraturan, hingga saat santri kelak kembali ke masyarakat. Pendidikan akhlak di pesantren bukanlah teori semata, melainkan hasil dari pembiasaan, nasihat, dan keteladanan yang konsisten dari para kiai dan ustaz.

Berikut nilai-nilai akhlak utama yang senantiasa ditanamkan dalam kehidupan santri:

1. Akhlak kepada Allah SWT

Santri diajarkan untuk membangun hubungan yang kuat dengan Allah SWT. Hal ini diwujudkan dengan:

Menjaga shalat berjamaah lima waktu di masjid.

Rutin berdzikir, membaca Al-Qur’an, serta mengamalkan puasa sunnah.

Belajar dengan niat lillahi ta’ala, bukan sekadar mencari nilai atau pengakuan.

Menjauhi maksiat dan dosa, serta gemar bertaubat.

Menumbuhkan rasa syukur dalam nikmat dan sabar saat ujian datang.

2. Akhlak Kepada Rasulullah SAW

Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, santri dididik untuk meneladani beliau melalui:

Mencintai Rasul dengan mengikuti sunnah-sunnahnya.

Rutin membaca shalawat setiap hari, khususnya di waktu-waktu utama.

Meneladani akhlak Rasul: jujur, penyayang, sederhana, dan pemaaf.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Bukhari)

3. Akhlak kepada Kiai dan Guru

Di pesantren, adab lebih diutamakan daripada sekadar ilmu. Seorang santri tidak dianggap berhasil bila belum mampu beradab kepada gurunya. Di antara bentuk adab tersebut:

Bersikap tawadhu’ (rendah hati) kepada kiai dan ustaz.

Mendengarkan nasihat guru dengan penuh hormat dan tidak menyela.

Mendoakan guru setiap hari sebagai bentuk syukur atas ilmu yang diterima.

Melaksanakan perintah guru dengan ikhlas.

Adab seperti ini telah diwariskan turun-temurun dari ulama salaf, karena keberkahan ilmu sangat erat kaitannya dengan akhlak kepada guru.

4. Akhlak kepada Sesama Santri

Pesantren adalah miniatur masyarakat. Di dalamnya, ribuan santri hidup bersama dalam satu lingkungan, sehingga ditanamkan nilai-nilai sosial seperti:

Saling tolong-menolong dalam kebaikan.

Menjauhi ghibah, iri hati, dengki, dan permusuhan.

Memperkuat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim).

Bertanggung jawab dalam kebersihan kamar, dapur, dan lingkungan.

5. Akhlak di Lingkungan Pondok

Kehidupan santri tidak lepas dari peraturan dan tata tertib pondok. Disiplin menjadi kunci utama dalam membentuk kepribadian yang tertata. Akhlak yang dijunjung di lingkungan pondok meliputi:

Menjaga kebersihan, kerapian, dan ketertiban.

Menaati jadwal kegiatan, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali.

Menghormati tamu, pengurus pondok, dan warga sekitar.

Menjaga nama baik pesantren, baik di dalam maupun di luar lingkungan.

6. Akhlak dalam Kehidupan Sosial

Pesantren juga mendidik santri agar kelak menjadi bagian dari masyarakat yang membawa manfaat. Akhlak sosial yang ditanamkan meliputi:

Ramah, sopan, dan penuh empati terhadap masyarakat.

Aktif dalam kegiatan sosial seperti gotong royong, khotmil Qur’an, dan dakwah.

Menjadi teladan dalam kejujuran, tanggung jawab, dan kebersihan di lingkungan sekitar.

*Nilai-Nilai Inti yang Ditanamkan di Pesantren*

Ada sejumlah nilai kunci yang senantiasa diulang dan ditanamkan:

Ikhlas: Beramal tanpa pamrih dan tidak mengharap pujian.

Tawadhu’: Tidak sombong, meskipun memiliki ilmu atau kemampuan.

Qana’ah: Menerima dengan lapang dada apa yang Allah berikan.

Sabar: Tabah dan tidak mudah mengeluh dalam menghadapi kesulitan.

Disiplin dan Amanah: Menepati waktu, menjaga kepercayaan, dan tanggung jawab.

*Penutup: Ilmu dan Adab, Dua Sayap Santri*

Pesantren telah melahirkan ribuan tokoh bangsa, ulama, dan pemimpin yang bukan hanya cerdas, tetapi juga berakhlak. Semua itu dimulai dari kedisiplinan dan keteladanan yang diasah sejak dini.

Seperti yang sering diajarkan di pesantren:

“Ilmu tanpa adab, bagaikan api tanpa cahaya.”
Ilmu akan menjadi kering, bahkan membahayakan, jika tidak disertai dengan akhlak yang mulia.

Semoga para santri masa kini tetap menjaga warisan akhlak mulia ini—dimanapun mereka berada, dan dalam peran apapun yang mereka jalani.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *