Mapag Sri, Napas Tradisi dari Desa Kertanegara yang Menyatukan Budaya dan Persatuan

mpnSAPA DESA166 Views
Read Time:1 Minute, 23 Second

 

mpn.co.id,Indramayu – Di tengah derasnya arus modernisasi, Desa Kertanegara di Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, memberikan secercah inspirasi lewat pelestarian tradisi adat yang sarat makna. Rabu (16/4/2025), ratusan warga berkumpul di halaman Kantor Desa untuk menggelar Mapag Sri—sebuah upacara adat yang menjadi wujud syukur kepada Sang Pencipta atas limpahan hasil bumi, sekaligus penghormatan terhadap warisan budaya leluhur.

Tak sekadar seremoni, Mapag Sri menjelma menjadi perayaan kehidupan. Balutan pergelaran wayang kulit menjadikan acara ini lebih dari sekadar pesta panen. Ia adalah narasi tentang kearifan lokal, kebersamaan, dan rasa cinta terhadap tanah kelahiran.

“Kegiatan ini tidak hanya sebagai bentuk syukur atas hasil panen yang melimpah, tetapi juga sebagai penghormatan kepada tradisi dan kearifan lokal yang telah mengakar dalam kehidupan kami sehari-hari,” ujar H. Mulyono, Kepala Desa Kertanegara yang juga menjabat sebagai Ketua APDESI Kecamatan Haurgeulis.

Dengan wajah penuh khidmat, sesepuh desa memimpin jalannya upacara adat yang diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat—tokoh agama, pemangku adat, hingga para petani yang sehari-harinya bersahabat dengan tanah dan cuaca. Di tengah gemuruh kehidupan modern, mereka bersatu dalam harmoni, menguatkan nilai-nilai spiritual sekaligus mempererat ikatan sosial.

Tradisi ini mengajarkan bahwa syukur bukan hanya diucapkan, tetapi juga dirayakan bersama. Bahwa hasil bumi bukan semata-mata hasil kerja keras, tetapi juga bagian dari rahmat semesta yang patut dihargai. Di sinilah Mapag Sri mengambil peran penting: menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritualitas.

Semangat masyarakat Desa Kertanegara adalah potret Indonesia yang sesungguhnya—di mana akar budaya tidak tercabut oleh zaman, melainkan terus tumbuh, menghidupi, dan menyatukan. Di desa inilah, kita diingatkan bahwa kemajuan tidak selalu berarti meninggalkan tradisi, justru bisa berjalan berdampingan sebagai kekuatan bangsa.

Penulis
(Jojo Sutrisno)

Leave a Reply